Kumpulan Cerita Sex Terbaru 2018 - Aku adalah seorang pegawai sebuah
perusahaan di Aceh. Aku sudah menikah sejak tahun 2014, dengan seorang
wanita bernama Wulan. Adik iparku (adik kandung istriku) menikah dengan
seorang wanita bernama Rini yang menjadi teman selingkuh ku untuk
beberapa waktu.
Sedikit curhat, pernikahanku kali ini di
ujung tanduk. Yah kalau diliat dari biografi singkat yang kuceritakan
di atas, bisa diambil kesimpulan apa dan siapa penyebabnya. Yak,
selingkuh dan aku pelakunya. Untungnya, teman selingkuhku yang ketahuan
kali ini bukan istri adik iparku, melainkan “teman” dari aplikasi media
sosial “KitaNgobrol”. Ruginya, ya banyak banget. Salah satunya adik
iparku sontak memusuhiku, sekaligus istrinya terpaksa ikut perintah
suaminya. Rini (Dalam suatu kesempatan, Rini bertemu dan langsung
memohon agar hubungan kami jangan disebarluaskan. Aku pegang tangannya
dan kupastikan bahwa aku bukan orang seperti itu. Sampai sekarang kami
belum berkomunikasi lagi)
Pertengkaran dengan istriku tidak bisa
dielakkan. Aku hanya mampu menyembunyikan bahwa aku baru melakukannya
sekali , dan memastikan itu hanya coba2 dan tidak akan pernah terulang
lagi. Tapi yang namanya emosi kadang tidak bisa dikendalikan, istri
mengamuk sejadinya dan membawa masalah ke ranah keluarga besar. Berabe.
Akupun terpaksa pindah ke tempat kos
karena istri muak liat wajahku. Dalam keadaaan terlunta2 mental dan
tertekan seperti ini, aku pun berusaha mencari pelarian dengan menginap
di kantor dan merepotkan pegawai lainnya dengan sesekali nginap di rumah
mereka.
Adalah rekan kerjaku sejak tahun 2016
kemarin, bernama Putri, seorang wanita kelahiran medan berdarah batak.
Putri ini seorang alpha-woman-type, artinya keras kepala dan cenderung
egois. Awal mula kehadirannya saja sudah langsung nyuruh2 orang lain
jelasin peraturan/SOP ke dia, padahal jelas orang lain itu (aku) jauh
lebih lama bekerja disini.
Soal perawakan, Putri tidak didukung
wajah yang menarik. 3-size-measurement? Minus malah di bagian depan.
Parahnya, putri lebih senang untuk tidak memakai make-up bahkan dalam
situasi formal sekalipun. Makanya di usia nya yang menginjak 30 tahun
ini, aku paham kenapa pacarnya mutusin dia. Padahal kalau memakai make
up, Putri dapat kelihatan lebih menarik.
Kami sudah setim hampir 2 tahun lamanya.
Baik profesional ataupun urusan personal sudah sering kami bahas.
Makanya ketika dia tahu aku bertengkar dengan Wulan, dia langsung
bertanya “Kau apain dia?” dengan gaya khas anak bataknya. Kalau sudah
pake gaya begini, mendingan dijawab dengan serius atau langsung cabut,
sebelum diajak debat yang ujungnya ngabisin energi.
Akupun menerangkan secara garis besar
apa masalahnya. Kata2 bodat pun keluar dari mulutnya ditujukan padaku.
Aku hanya bisa tersenyum meringis, membayangkan bahwa rekan kerja ku pun
bakal memusuhiku (aku mengerti kenapa, kan dia diputusin pacarnya .
Jadi dimata dia, aku sama brengseknya dengan mantan co nya). Hari aku
menceritakan kasusku, adalah hari dimana Putri sama sekali tidak
memperdulikanku. Untungnya kerjaan kami sedang tidak banyak dan mampu
kuhandle sendiri. Tapi aku bertekad baikan sama dia, karena urusan
kantor memang tidak boleh bercampur dengan urusan pribadi. Sangat
mempengaruhi output dan kinerja.
Esoknya kubeli sebatang chunky bar dan
sebungkus chitato besar. Berhubung meja kami sebelahan, gampang saja
kutawarin dia makanan tersebut. Dengan pelototan dan jawaban ketus,
dijawabnya tidak. Aku langsung ketawa2. Kuhimbau pada nya untuk tidak
melarutkan masalahku ke profesionalisasi kami. Dia menatapku dan
menjulurkan tangannya ke bungkus chitato. Yah, setidaknya rekan kerjaku
tidak memusuhiku.
Untuk meredakan bencinya, kubiarkan dia
sepanjang pagi itu merepet dan memaki ku atas tindakan ku kepada Wulan.
Tidak sekalipun kusanggah, tidak sekalipun kutepis. Suaranya sampai
bergetar, air mata mulai memupuk di matanya. Aku hanya bisa bilang maaf
berulang kali. Siangnya, suasana sudah mulai berubah karena dia mulai
bertanya di mana aku tinggal.
“sesekali di kantor” jawabku. “hah,
tidur dimana kau?” tanya nya. “noh korsi2 itu kalo dijejer bisa buat
tempat tidur. Yang penting punggungku nyandar aja”. Dia geleng2 kepala
dan bilang aku gila. Padahal dia ga tau kalo tinggal di kantor dengan
air bersih, listrik gratis, serta wifi dengan kuota gede itu
menyenangkan <<< korupsi. Kami pun kembali fokus ke kerjaan
masing2.
Selepas istirahat, darah batak yang
mengalir di tubuhnya kembali menghangat. Tapi tidak memanas, hanya
interogasi kecil yang ingin dituntaskannya.
Putri (P) : Kok bisa lah kau gituin dia rud?
Aku (A) : bah, masih belum puas?
P : bukan loh, ga abis pikir aku soalnya. Kalian (red:laki2) kek ga ada puas2nya. Ngebuang bunga demi sampah di jalan
A : Ini mau digimanain lagi coba? Aku kan dah minta maaf juga. Penyesalan kan selalu datang telat, kalo di awal kan namanya pendaftaran.
Aku (A) : bah, masih belum puas?
P : bukan loh, ga abis pikir aku soalnya. Kalian (red:laki2) kek ga ada puas2nya. Ngebuang bunga demi sampah di jalan
A : Ini mau digimanain lagi coba? Aku kan dah minta maaf juga. Penyesalan kan selalu datang telat, kalo di awal kan namanya pendaftaran.
Berkat perkataan cuek ku, aku berhasil
membuatnya tertawa. Mungkin, mungkin karena aku belum “menyentuh” wanita
selama 3 minggu terakhir, tawa dan ekspresi Putri membuat nafsuku tidak
stabil. Wanita rekan kerjaku selama ini yang kuliat biasa saja, bahkan
cenderung tidak menarik perhatianku, membuat insting lelaki ku aktif.
Tanpa sadar, aku memegang kedua tangannya yang bersila di paha nya.
Kugenggam dan kutatap matanya sambil tersenyum.
Putri kaget dan langsung menarik
tangannya. Aku kembali mengeluarkan perkataan cuek “Lumayan megang
tangan cewek” sebelum dia berkata apa2. Putri langsung merespon “segitu
pengennya ya?”, yang langsung kujawab “udah hampir sebulan loh. Bosen
pake tangan sendiri”. Putri langsung melotot tajam “Jadi kau kira aku
tempat pelampiasan?” dengan nada meninggi. Akupun langsung berkilah
“enggak loh put. Bukan pelampiasan, kau tempat aku mencurahkan rinduku”
disertai senyum seringaiku, berharap ini tidak jadi pembantaian umum.
Putri langsung menjawab “sama aja
kampret” dan kembali menghadapi kerjaannya. Dalam artian lain,
sebenarnya aku sudah di zona selamat karena berhasil mengalihkan
pembicaraan kasus ku ke mesumku. Namun, sekarang otakku dipenuhi pikiran
mesumku. Aku ingin bersetubuh. Tepatnya, aku ingin memasukkan alat
kelaminku ke lubang kenikmatan Putri. Kupandangi tubuhnya terutama di
bagian payudara. Sadar aku memperhatikan dirinya, Putri balas menatap
tajam dan sedikit membentak “apa?”
Pikiranku langsung cepat bereaksi. Putri
adalah seorang alpha-type, dia ga akan segampang itu peduli, meskipun
kepada rekan kerjanya sendiri. Pikiranku berlanjut, Putri sudah lama
tidak pacaran. Ini berarti taruhan 50-50. Aku harus mencoba, batinku
berkata.
“Enggak. Aku cuma mau pijet2 badanmu
aja” sergahku sambil mengarahkan kursi ku ke belakang nya dan sekaligus
memegang bahu nya. Putri sedikit berteriak “apaan seh?” sambil menepis
tanganku dari bahu nya. Langsung sigap kutangkap tangannya. Putri
langsung melotot tajam sambil berkata “Rud, aku marah. Lepasin”.
Taruhanku sepertinya salah. Tapi otakku
masih dipenuhi pikiran mesum. Dengan sedikit tercekat, aku mengeluarkan
kata2 “Put, tolong aku put” sembari tidak menghiraukan perintahnya untuk
melepaskan tangannya. Putri menjawab tegas “ENGGAK. LEPASIN”. “Put,
bantuin napa. Ga usah sampe “kesana” deh. Bantuin aku “keluar” aja.
Janji (janji? lol)” kataku dengan penuh harap sambil tetap memegang
tangannya.
Putri terdiam sejenak. Disaat seperti
ini, aku tidak membiarkannya berpikir. Aku langsung menyambung
perkataanku “Iya ga sampe ngapa2in. Nanti aku bantuin juga kau deh”
sambil menurunkan tangan kami berdua ke arah paha nya. Aku memanjangkan
jari kelingkingku ke arah paha nya, sedikit membelai, berharap semoga
rangsangan ini sampai. Putri tidak berkata apa2. Putri diam, seperti
terpasrah. Aku celingak- celinguk liat keadaan, dan langsung menghambur
ke depan memeluk putri seraya berkata “Makasih ya put”. Aroma rambutnya
menelusuk hidung, bercampur dengan nafsu yang ingin segera kutuntaskan.
Putri berbisik “jangan disini. dimana?”. Akupun berdiri, memberinya kode
untuk mengikutiku ke ruang kesehatan.
Ruang kesehatan kantor kami terletak di
ujung lantai 2. Ruang ini sederhana, hanya ada tempat tidur rawat, meja
dan kursi kerja dokter, kursi tunggu dan AC. Ruangan ini serba praktis,
sering dipakai untuk tempat istirahat ataupun tempat kongkow. Dan
seperti biasa, kunci ruangan ini selalu tertinggal di dalam. Mungkin
memang ada pegawai atau pejabat lain yang memakai nya seperti yang akan
kulakukan. Tapi itu bukan urusanku.
baca juga koleksi cerita ngentot teman lainnya: Cerita Lendir – Kakak Sahabatku yang Seksi
Putri pun masuk. Aku langsung mengunci
pintu dan mendekap dia dari belakang. Tangan kananku langsung
menggerayangi payudaranya, sedang tangan kiriku membelai area wanita nya
dari luar celana hitamnya. Kali ini putri tidak bisa terdiam. Suara
lirihan kecil mulai terdengar di telinga kiriku. Putri langsung
membalikkan badan dan menyambar mulutku dengan mulutnya. Bibir kami
beradu, aku berusaha memasukkan lidahku ke mulutnya. Sedikit kuremas
payudaranya barulah lidahku bertemu dengan lidahnya. Tangan kiriku
bergerilya masuk kedalam celananya. Gila ya put, pikirku dalam hati.
Kuyakin kau juga menginginkan hal ini. Kau juga merindukan diginiin.
Buktinya dengan basahnya celana dalammu.
Jari tengahku menerobos masuk ke liang
vaginanya. Ciuman Putri mulai tak teratur dan terlepas. Desahan tertahan
keluar dari mulutnya, yang memancing ku untuk meneruskan foreplay ini
lebih lanjut. Tangan kananku bergerak melolosi kancing kemejanya, hingga
Bh hitamnya terpampang dan tanganku bebas merabanya. Lidahku sekarang
bergerak di leher kiri Putri, tangan kananku memilin dan meremas apa
yang dapat di raihnya dibalik Bh hitam tersebut. Tangan kiriku tetap
dinamis mengorek isi dalam lubang itu. Pikiranku dipenuhi dengan nafsu.
Aku yakin putri sudah lupa dengan janji ku (janji yang mana? hahaha)
Kudorong pelan Putri ke arah meja kerja
dokter. Putri mengerti dan duduk diatas meja tersebut. Kutanggalkan
celana Putri, kulepaskan celana dalamnya sehingga liang kenikmatan yang
sudah basah itu terpampang di hadapanku. Putri terkangkang pasrah di
hadapanku, hanya kemeja yang terbuka separuh dan Bh hitamnya yang
melekat di badannya saat ini. Kumajukan kepalaku untuk melekatkan
mulutku ke vagina Putri. Sepertinya Putri juga mengharapkan ini,
terbukti dengan dijambaknya rambutku ketika cairan vaginanya mulai
kuisapi. Desisan desisan nafsu ini semakin membangkitkan gairahku.
Aku menurunkan celanaku. Kuhisap kembali
lidah Putri sambil melepaskan Bh hitamnya. Kupilin putingnya dan aku
berbisik di telinganya “Enak sayang?”. Putri menggigit pundakku sebagai
jawaban. Kuciumi lehernya, kupermainkan puting payudaranya, kutekan2
klitorisnya. Sepertinya Putri akan membantu ku keluar kali ini.
Tangannya menggenggam k0ntolku, naek turun, dan mulai mengarahkannya ke
vaginanya….tanpa kuminta. Aku harus membantu Putri juga. Kudorong
perlahan batangku, sekujur badanku dipenuhi kenikmatan duniawi itu.
Kudorong terus sampai melekat kelamin kami. Kutatap mata Putri, kami
kembali berciuman, dan Putri kembali menggigit pundakku.
Kami saling menyangga dan mengkait
ketika aku mulai menggerakkan batangku maju-mundur. Setiap hentakan yang
kulakukan dibalas dengan baik oleh goyangan Putri. Aku sama sekali
tidak peduli dengan apa yang terjadi apabila kami ketahuan. Putri pun
sepertinya sama. Bunyi meja berderit, desahanku, desahan Putri aku rasa
dapat menjelaskan keadaan kami pada orang yang mungkin sedang tepat ada
di luar ruangan. Aku tidak peduli. Putri sekarang terlentang di atas
meja, kaki kiri nya kuangkat ke pundakku yang barusan digigitnya. Kupacu
kembali tempo tadi. Putri semakin belingsatan. Tangan kiriku menekan
klitorisnya. Gerakan putri semakin tidak karuan. Aku tetap
memaju-mundurkan batangku di dalam lubang yang semakin basah tersebut.
Kenikmatan ini ekstasi bagi kami. Putri
sepertinya kelelahan setelah batangku dipijat vaginanya beberapa kali.
Kedua kakinya kuangkat, kucium betis nya seraya kembali menghentakkan
batangku. Aku hampir keluar. Kupercepat irama gerakan pinggulku sebisa
yang aku mampu. Makin cepat dan tak terkendali, Putri sudah seperti
kehabisan napas, deritan meja makin keras, aku mulai teriak, teriak
kenikmatan yang kulepaskan seketika cairanku mengisi dalam lubang vagina
itu. Aku goyangkan terus, meresapi sisa2 kenikmatan yang masih ada.
Putri bangkit duduk dan merangkul leher ku, mencium ku, dan berkata
“Enak sayang”. Aku pun tersenyum dan menjawab “Makasi ya sayang. Benar2
nikmat abang rasa” (padahal kami seumuran. Aku memakai kata abang ke dia
biar mesra soalnya. hahaha). Aku langsung mengambil tisu dan mengelap
baik kelaminku dan kelamin Putri. Putri sedikit merasa geli ketika
kusentuhkan tisu itu ke vaginanya. “Padahal tadi niatnya cuma pake
tangan. Aku malah mau pake mulut. Ujung2 nya ngentot juga kita ya”
Ujarnya sambil tersenyum cemberut. Aku tertawa dan berkata “Lain kali di
tempat tidur yok put. Mau?” . Putri hanya tersenyum mengangguk. Kami
berdua bergegas memakai pakaian kami dan meninggalkan ruangan tempat
pengalaman pertama kami, dengan disertai rasa was was dan teliti agar
tidak ada bukti yang tertinggal.
0 komentar:
Posting Komentar